
Ustadz Musyaffa
mengisahkan tentang masa kekhalifahan Umar bin Khattab yang dimulai setelah Abu
Bakar As Sidiq meninggal dunia. Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, terdapat
pergantian anggota Dewan Pertimbangan (Penasihat). Khalifah Umar membentuk
Dewan Pertimbangan dalam sebuah tim yang berisi kelompok Asyia Fu Badri, yang beranggotakan
sahabat-sahabat senior veteran Perang Badar.
Namun, saat itu ada
suatu hal yang membuat Asyia Fu Badri
tercengang. Mereka terkejut ketika Umar bin Khattab memasukkan seorang pemuda dalam
susunan Dewan Penasihatnya. Hal ini mengundang banyak pertanyaan. Asyia Fu Badri pun, lanjut Ustadz
Musyaffa, “komplain” kepada Umar bin Khattab.
Menjawab komplain para sahabat, Khalifah
Umar mengatakan bahwa ia mengetahui kompetensi pemuda yang bernama Ibnu Abbas tersebut.
Menurut Umar, Ibnu Abbas memiliki kapasitas dan pengetahuan yang tidak jauh
berbeda dengan para Asyia Fu Badri.
“Untuk menunjukkan
kompetensi Ibnu Abbas, Khalifah Umar memanggil Ibnu Abbas ketika para Asyia Fu Badri berkumpul. Setelah Ibnu
Abbas tiba, Umar bin Khattab langsung memberikan pertanyaan kepada mereka. Umar
bertanya mengenai makna dari QS. An Nasr,” tutur Ustadz Musyaffa.
Menurut Asyia Fu Badri, kata Ustadz Musyaffa, makna
dari surat An Nasr adalah supaya kaum muslimin banyak-banyak membaca tahmid,
istighfar, dan tasbih. Usai mendengar jawaban para veteran, Umar bin Khattab pun
melontarkan pertanyaan yang sama kepada Ibnu Abbas. Ia menjawab bahwa jawaban Asyia
Fu Badri tidak salah, namun juga tidak semata mata itu.
Surat An Nasr, kata
Ibnu Abbas sebagaimana disampaikan Ustadz Musyaffa, merupakan isyarat ajal Rasullulah
SAW telah dekat. Oleh karena itu, Allah SWT menyuruh Nabi untuk meningkatkan
dan memperbanyak kebaikan serta taubat, beberapa diantaranya dengan meningkatkan
bertahmid, ber-istighfar, dan ber-tasbih.
Umar pun menanggapi, “Yang saya tahu juga begitu Ibnu Abbas,” tegasnya.
“Dalam Hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
memimpin haruslah seimbang. Salah satunya dalam hal penempatan golongan.
Janganlah hanya mengambil golongan yang tua saja, atau yang muda saja. Namun,
harus ada keseimbangan yaitu mencampurkan kedua golongan tersebut menjadi satu,”
kata Ustadz Musyaffa.
Hal ini disebabkan, lanjut Ustadz Musyaffa, memunculkan
yang muda saat ada anggota tua (senior) akan lebih baik untuk proses regenerasi.
Hal ini juga lebih optimal demi penurunan nilai-nilai.
“Selain itu yang harus digarisbawahi adalah dalam
pemilihan golongan muda pun juga tidak asal-asalan, yaitu harus memiliki
kriteria yang berkompetensi dan berkapasitas, seperti Ibnu Abbas,” tutup Ustadz
Musyaffa.
Baca juga sebelumnya Perlunya Keseimbangan dalam Memimpin (1)
Post a Comment