“Sudah saatnya
negara-negara Asia-Afrika memiliki kutub ekonomi sendiri, bukan hanya berpatron
pada lembaga keuangan yang sudah ada selama ini seperti Bank Dunia, IMF, atau
ADB. Oleh karena itu saya mengapresiasi pidato Presiden Jokowi yang mengkritik lembaga-lembaga tersebut,” kata Ecky di Kompleks Parlemen
Senayan, Jakarta, Rabu (22/4). Namun demikian, lanjut Ecky, Presiden Jokowi dan
pemerintahannya harus konsisten dan komitmen dengan perkataannya, serta
mencerminkan hal tersebut dalam kebijakannya.
“Jangan lupa kita
memiliki pengalaman pahit dengan IMF, semua tatanan ekonomi diobrak-abrik.
Sebaliknya, Korea Selatan dan Malaysia bisa pulih lebih cepat karena tidak mau
menurut sepenuhnya terhadap resep dari IMF,” ungkap Ecky.
Ecky menambahkan,
bahwa selama ini resep-resep pembangunan yang diberikan lembaga donor tersebut
tidak bekerja dengan baik karena dinilai tidak cocok dengan konteks dan
persoalan.
“Mereka hanya menggunakan teori-teori umum yang belum tentu relevan.
Analoginya seperti mengobati orang sakit yang apapun sakitnya obatnya adalah
parasetamol. Dalam hal ini adalah privatisasi, cabut subsidi, dan kebijakan
fiskal ketat. Tak jarang dengan resep mereka struktur perekonomian suatu negara
malah semakin parah, walaupun seolah dalam jangka pendek sudah tidak ada
masalah,” ujar Ecky.
Sumber: Humas Fraksi PKS DPR-RI
Post a comment