
“Saya sangat
menyayangkan keadaan tingginya harga daging dan beberapa kebutuhan pokok usai
lebaran ini, yang semestinya dapat segera turun malah
menjadi naik tinggi, membuat resah berbagai kalangan,” ucap Andi
Akmal.
Andi Akmal
mengatakan harga kebutuhan pokok yang tinggi, terutama daging sapi, dipicu langkanya
stok daging. Di dalam satu pekan harga daging bisa naik hingga tiga kali lipat
di tingkat pemotongan hewan. Menurut Andi Akmal, kenaikan harga
daging akan membentuk rasionalisasi para pedagang bahwa pemberian
izin impor sebesar 50.000 ekor sapi sangat jauh dari kebutuhan.
“Saya sangat berharap pemerintah dapat
segera memberikan solusi terhadap tingginya harga daging
sapi tanpa impor lagi. Jika opsi impor tetap
dilakukan, maka para peternak yang mempersiapkan momen Idul Adha akan semakin
terpuruk pada beberapa bulan ke depan,” ujar Andi Akmal.
Politisi asal Sulawesi Selatan ini menjelaskan bahwa kebutuhan nasional daging di Banten, Jakarta, dan Jawa Barat
lebih dari setengah kebutuhan nasional. Artinya, lanjut Andi
Akmal, apabila terjadi
gejolak harga atau kelangkaan daging, wilayah-wilayah
tersebut yang paling merasakan dampaknya,
“Contoh, di sekitar Bandung Raya seluruh pedagang
daging sapi sampai mengajukan mogok jualan dari Sabtu hingga Rabu (8-12
Agustus 2015), hingga membuat
pemerintah setempat harus melakukan operasi pasar daging,” jelasnya.
Andi Akmal menambahkan harga pasaran daging antara 120.000 - 130.000 Rupiah per kilogram dinilai semua
kalangan, baik masyarakat maupun pedagang kecil, masih terlalu
tinggi. Harga wajar seharusnya maksimal 90.000 Rupiah per kilogram.
“Tingginya harga
daging karena stok langka menunjukkan manajemen yang dilakukan
pemerintah belum tertata baik selama 3 bulan ini. Kita semua prihatin jelang peringatan Kemerdekaan RI ke
70, malah dihiasi dengan situasi penjajahan akan tingginya harga pangan,” pungkas Andi
Akmal.
Keterangan Foto: Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Andi Akmal Pasluddin.
Post a Comment