
Salah
satu pendiri Partai Keadilan (PK), embrio dari PKS, Nur Mahmudi Ismail
mengatakan silakan di antara Anggota Majelis Syuro memilih satu orang untuk
diangkat menjadi ketua majelis syuro.
Yang pasti,
kata Nur Mahmudi, setiap Anggota Majelis Syuro harus mempunyai kekritisan dan
bersemangat untuk berkontribusi melahirkan Ketua Majelis Syuro yang inspiratif
dan mengerti persoalan besar bangsa Indonesia.
Ketua
Majelis Syuro PKS juga akan memilih sosok Presiden PKS. Walikota Depok ini
mengatakan, jika sosok Ketua Majelis Syuro mengerti permasalahan bangsa, maka
Presiden PKS yang akan dipilih adalah sosok yang harusnya mampu membimbing dan
mengarahkan kader jadi solusi permasalahan bangsa.
"Ini tantangan terbesar PKS di waktu mendatang. Ketua Majelis
Syuro dan Presiden PKS harus mampu membimbing dan mengarahkan kader menjadi
pelopor penyelesaian permasalahan bangsa," tuturnya, Jumat (7/8).
Mantan
Presiden PK tahun 1998-2000 ini menambahkan, Ketua Majelis Syuro dan Presiden
PKS ke depan harus mampu mengartikulasikan agenda besar PKS dan menjadi pioner
penyelesaian.
Seperti
cita-cita PK dan PKS sampai saat ini, yaitu mengimplementasikan cita-cita dari
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Seperti melindungi segenap bangsa,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut menciptakan
ketertiban dunia.
Ia
melanjutkan, PKS harus menjadi pelopor. Mencetak kader yang inspiratif, solutif,
dan tidak bertindak konsumerisme. Harapannya, dengan wajah PKS sebagai pelopor
penyelesaian persoalan bangsa, masyarakat semakin semangat untuk bergabung atau
mendukung PKS.
"Itulah
tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh PKS. Banyak persoalan bangsa yang
harus diselesaikan oleh Ketua Majelis Syuro dan Presiden PKS terpilih nanti.
Jadi, PKS harus menjelma sebagai partai yang lebih progresif agar memiliki
kompetensi untuk bersaing dengan parpol-parpol lainnya," jelasnya.
Nur
Mahmudi mencontohkan, di sektor pendidikan, Indonesia saat ini masih dihadapkan
pada solusi semu dengan meningkatkan standar kelulusan. Terbukti, banyaknya
lulusan Strata 1 atau sarjana justru membuat angka pengangguran baru.
Bahkan,
perilaku masyarakat lebih bersifat konsumer dengan tingkat produktifitas yang
masih rendah. Di sektor kesehatan, banyak ketimpangan yang terjadi di
masyarakat.
Di satu
sisi, masih banyak persoalan dengan kualitas makan sebagian rakyat Indonesia,
di sisi lainnya justru muncul penyakit pola makan yang berlebihan. Akibatnya
sama, rakyat menjadi tidak produktif. Padahal, Indonesia akan memasuki era
Masyaratak Ekonomi Asean (MEA). Ini menjadi persoalan besar yang harus
diselesaikan partai politik, khususnya PKS.
"Inti
perjuangan PKS adalah melahirkan kader yang memenuhi kompetensi, ekspertis, dan
tidak bersifat konsumerisme," tegasnya.
Sumber: http://www.republika.co.id
Post a Comment